“Untuk Mencari Ikan dan hasil laut lainnya dapat melihat dari tanda-tanda alam seperti suhu air, warna air, arah angin serta musim”
Pontianak, staff.ut.ac.id – Suatu hal yang tidak akan pernah punah dalam kehidupan kita adalah mimpi, karenanya semua makluk hidup berhak untuk mempunyai mimpi sebaik mungkin, berbekal itu pulalah masa depan akan dijemput. Namun terkadang kenyataan tidak seindah dengan mimpi walaupun demikian kenyataaan hidup harus tetap dijalani karena itu adalah bekal terbaik yang mengasah kecerdasan emosional untuk menjadi baik.
Mimpi hadir tidak pernah melihat jenis kulit atau apapun karena
semuannya punya hak yang sama begitu juga remaja satu ini, impiannya adalah untuk menjadi seorang guru. Menurutnya Guru adalah sosok yang saya hormati dan saya teladani kelakar Izal, “Setiap perkataan dan perbuataan guru akan selalu menjadi panutan”.
Kekagumannya pada Profesi guru sedari SD, karena Guru banyak berperan mengajarkan membaca dan berperilaku, terlebih dari SD hingga SMA kita selalu diajar dan didik oleh guru. Oleh karena itulah sosok remaja kelahiran tahun 1997 bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Cita-cita tersebut seperti tinggallah cita-cita, M. Rizaldy nama lengkap remaja Pontianak ini harus menyimpan impiannya tersebut didalam sanubarinya. Sosok pria yang membesarkan dan yang dibanggakannya, sang ayahanda tercinta lebih dahulu dipanggil mengahadap Pencipta-Nya.
Kini, Izal panggillan akrabnya yang juga memiliki darah suku Bugis menjadi tulang punggung untuk ibu dan adiknya. Anak ke-3 dari 4 bersaudara ini memutuskan untuk menggantikan peran ayahandanya menjadi nelayan demi memenuhi kehidupan sehari-hari. Ilmu bernelayan didapatnya dari sang ayah sedari dirinya berada dibangku SMP. Izal berkisah, kalau semasa hidup ayah selalu mengajak dan mengajarkan ilmu mencari ikan, namun lebih khususnya mencari udang dan sotong. “ayah ngajari melihat tanda-tanda alam, seperti suhu air, putaran air, warna air, serta musim, kalo itu sudah terlihat Insya Allah akan ada hasil tangkapannya” ucap izal. Pendapatannya dari hasil melaut setelah dikurangi biaya membeli bahan bakar dan lain-lainya yaitu Rp.100.000 hingga Rp.200.00 perhari.
Setiap pagi setelah sholat subuh adalah waktu Izal untuk memulai mencari
ikan dengan menahkodai kapal berukuran panjang 11 m dan lebar 2 m. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk hari Sabtu dan Minggu. Hari tersebut merupakan waktu yang khusus baginya untuk mengikuti tutorial tatap muka. Saat ini remaja kelahiran 25 Februari ini tercatat sebagai mahasiswa Universitas Terbuka registrasi UPBJJ Pontianak dengan program beasiswa bidikmisi jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi. Hal tersebutpun dibenarkan oleh Kepala UPBJJ-UT Pontianak Dr. Tati Rajati bahwa yang bersangkutan terregistrasi pada tahun akademik 2015.
Untuk mengikuti kegiatan tutorial dia harus mengarungi sungai Kapuas yang memakan waktu selama 1 jam, karena tempat tinggalnya tidak satu daratan dengan Kota Pontianak, tepatnya di Pulau Tanjung Saleh Parit Pangeran. Ongkos yang dikeluarnya untuk penyebarangan Rp.14.000 (PP), dengan demikian Izal tak patah semangat dirinya tetap bersemangat mengikuti tutorial meskipun harus menginap ditempat sahabatnya apabila ada kegiatan tutorial dihari Minggu.
Waktu belajarnya adalah sehabis sholat Isya, sekitar 2 jam setiap hari dirinya membaca modul, selain membaca juga membuat ringkasan dan menandai buku agar mudah mengingatnya. Ditanya mengenai pembelajaran di UT, Alumni SMA Sungai Kakap ini sangat terbantu dan tidak tergangu. selain belajarnya tidak menghalanginya untuk mencari uang, namun dibantu pula dengan tutorial online ” yang menggangu hanya signal, maklum jauh dari kota” canda Izal bercerita susahnya signal ditempat tinggalnya, sembari mengakhiri perbincangan.
Sangat menginspirarsi.